4 Ciri Calon Teroris Menurut Eks Teroris Al Qaeda, Termasuk Profesi yang Rawan Terpapar Radikalisme


Kampanye antiterorisme terus digaungkan. Teroris adalah kejahatan yang luar biasa. Hal ini tidak berkaitan dengan agama atau golongan tertentu, tetapi merupakan pemikiran yang salah yang harus kita berantas dan kita hindari.

Agar masyarakat mampu menghindari hal tersebut, masyarakat harus mengetahui bagaimana dan apa ciri ciri dari calon teroris, termasuk profesi yang rawan terpapar radikalisme, silahkan simak pembahasan berikut yang disampaikan oleh Eks Teroris Al Qaeda yang kami kutip dari Suryamalang.com

Kejadian teror bom yang terjadi di akhir-akhir ini membuat masyarakat semakin waspada.

Bom bunuh diri itu membuat masyarakat kaget karena dilakukan di gereja dan markas polisi.

Ditambah lagi, pelaku masih dalam satu keluarga, termasuk kepala keluarga, istri, dan anak-anak.

Keluarga yang terlibat pun sehari-harinya dikenal normal dan hidup berkecukupan.

Akibatnya, stigma bahwa sosok teroris haruslah laki-laki, tidak bisa bergaul dan hidup berkekurangan pun kini dipatahkan dengan adanya kejadian ini.

Kini kehidupan para teroris ramai diperbincangkan.

Lantas, bagaimana kita bisa mengenali individu yang mungkin memiliki potensi untuk menjadi teroris di sekitar kita?

Simak pengakuan dari Sofyan Tsauri, mantan teroris Al Qaeda yang juga seorang mantan anggota Brimob Polri mengungkapkan pandangannya mengenai hal ini.

Dalam acara Pagi-Pagi Pasti Happy edisi 18 Mei 2018, Sofyan menjelaskan beberapa ciri individu yang patut diwaspadai.

1. Susah untuk dinilai dari segi fisik

Menurut penuturan Sofyan, seorang teroris tidak bisa dinilai dari segi fisik.

Apabila masyarakat terus menerus menilai dari segi fisik, akan muncul persekusi negatif di masyarakat.

Kesan negatif seperti inilah yang kemungkinan bisa menimbulkan kegaduhan di masyarakat.


2. Pelit menjawab salam

Berdasarkan penuturan Sofyan, seseorang yang sudah terpapar radikalisme biasanya pelit untuk menjawab salam.

Terutama terhadap orang yang menurut mereka tidak diketahui agama dan pemikirannya.

Tak sungkan juga mereka akan melepaskan diri dan menjauh jika pandangannya tidak sama dengan orang yang diajak diskusi.

"Biasanya orang seperti itu kita tanya, 'Assalamualaikum!' Dia tidak mau menjawab salam kita. Karena dia sudah nggak suka. Padahal menjawab salam itu wajib," kata Sofyan.

3. Tidak mau sholat di masjid

Tidak mau sholat di masjid adalah salah satu keanehan para calon teroris.

Padahal, di satu sisi mereka juga berbicara tentang kebenaran dan keIslaman.

"Kita bisa tanya sama dia. Kenapa tidak mau sholat di masjid? Nanti dia akan menjawab. Masjidnya imamnya tidak jelas aqidahnya. Masjidnya banyak bida'ahnya," ujar Sofyan.

Bagi Sofyan, kata-kata itu menjadi indikasi bahwa orang tersebut belajar agama namun malah membenci lingkungan.

4. Profesi yang mudah terpapar paham radikalisme

Berdasarkan kajian, Sofyan menuturkan bahwa orang eksakta lebih mudah terpapar paham radikalisme dibanding orang ilmu sosial.

"Penyanyi, penulis, sastra itu lebih mempunyai daya imunitas terhadap pemikiran-pemikiran radikal," katanya.

Sofyan juga mencontohkan bahwa polisi seperti dirinya juga bisa terkena paham radikal.

Selain dari kalangan tersebut, Sofyan juga membenarkan bahwa paham radikal sudah masuk ke kampus-kampus.

Dari doktrin yang disebarkan di kampus, muncullah bibit-bibit yang bisa menjadi teroris suatu saat nanti.

"Kita lihat gejala-gejala ini banyak ya. Di kampus-kampus. Mereka banyak mendoktrin. Doktrin ini bukan dalil. Kadang mereka intoleran terhadap pendapat-pendapat yang lain. Inilah sifat dasarnya. Tanpa sadar, mereka menjadi teroris," kata Sofyan.

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==