Umat Islam patut berbangga karena punya banyak panutan dari ilmuwan-ilmuwan muslim masa lampau yang punya karya besar sepanjang sejarah. Di bidang ilmu kedokteran misalnya, kita mengenal sosok Ibu Sina (Avisena), Ibnu Rusydi (Averoes), Ibnu Thufail dan masih banyak lagi. Ada lagi nama ilmuwan muslim yang cukup tersohor di bidang medis. Dia adalah Zakariyya ar-Razi atau ar-Razi.
Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu
Zakariyya ar-Razi, di dunia Barat ia cukup dikenal dengan nama Razhes. Ia
merupakan ilmuwan muslim pertama yang menulis tentang medis.
Lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 M, ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran.
Lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 M, ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran.
Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada
Hunayn bin Ishaq (809-877M) di Baghdad. Saat masih kecil, ar-Razi tertarik
untuk menjadi penyanyi atau musisi tetapi dia kemudian lebih tertarik pada
bidang alkemi.
Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal
at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya
merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah
mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk
memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit
Muqtadari di Baghdad. Ketika itu, Manshur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn Azad menjadi
Gubernur Rayy, dari tahun 290-296 H/902-908 M, atas nama kemenakannya Ahmad bin
Islam ibn Ahmad. Bahkan kepada Manshur bin Ishaq ibn Ahmad, ia persembahkan
karyanya “al-Thib al-Manshuri”.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun
907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy,
dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul
Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid.
Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya
pada pasiennya saat berobat kepadanya.
Ar-Razi merupakan saintis pertama yang berhasil
mengklasifikasikan berbagai macam zat kimia ke dalam tiga bagian yakni:
mineral-mineral, tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan. Pengelompokan ini didasarkan
pada asumsi bahwa hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga mengandung dan tersusun unsur-unsur
kimia. Untuk ini bandingkan misalnya dengan klasifikasi versi Jabir ibnu Hayyan
yang membaginya menjadi tubuh, nyawa, dan akal.
Menurut konsepsi ar-Razi di atas, golongan
logam dibagi lagi menjadi : jiwa, tubuh, batu, vitriol, borax, dan garam.
Benda-benda yang mudah menguap (volatile) dan yang sulit menguap (non volatile)
pun dipisahkannya. Yang volatile masuk ke dalam golongan tubuh, sedang yang non
volatile masuk ke dalam golongan jiwa atau spirit. Spirit d sini meliputi
Sulphur (S), Mercury (Hg), Arsenic (As), dan Samiac (batu bara, ragi, dan zat
lemak).
Ia termasuk salah seorang yang terampil
melakukan proses-proses kimia seperti misalnya distuasi, kristalisasi,
sublimasi, kalsinasi, sintesa-sintesa serta berbagai macam analisis lainnya. Begitu
pula proses-proses khusus untuk keperluan penimbangan.
Bahkan, dialah dokter pertama yang menerapkan
ilmu Kimia dalam bidang kedokteran, sampai-sampai disebut bahwa ia pernah
mengobati penyakit seseorang melalui reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh
pasien. Ia pulalah dokter pertama yang menyatakan bahwa kondisi jasmani itu
banyak terpengaruh oleh kesetabilan jiwa, yang merupakan cirri teori ilmu
kedokteran modern. Ia pula yang menemukan sejenis minyak cologne yang disarikan
dari sejenis tumbuh-tumbuhan.
Selain itu ar-Razi juga banyak menulis buku
tentang materi, ruang, nutrisi, waktu, gerak, dan optic, iklim serta alkemi.
Dalam lapangan kimia, salah satu karyanya yang berjudul Al-Kimy merupakan buku
acuan penting dalam ilmu kimia.
Karya-karyanya
Selama hidupnya ar-Razi telah banyak mengarang
karya-karya ilmiah. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Comprehensive Book
yang mencakup semua pengetahuan medis Timur Tengah, India, dan Yunani.
Selain itu, ar-Razi juga mengarang buku-buku
ilmiah yang jumlahnya tak kurang dari 200 buah. Salah satu di antaranya adalah
Al-Hawi (bukan menyeluruh) yang terdiri dari 20 jilid. Karya ini lebih dianggap
sebagai buku induk dalam bidang ilmu kedokteran. Agaknya Al-Hawi lah yang
merupakan karyanya yang terbesar dan luas sesuai dengan namanya. Buku in
dianggap pula sebagai intisari ilmu-ilmu Yunani, Syariah, dan Arab. Dan lagi,
apa yang dituliskan di dalamnya adalah hasil rangkuman ilmu-ilmu kedokteran
yang telah ia baca, ia catat, lalu kemudian ia uji keabsahan dan kebenarannya
lewat eksperimen.
Kurang lebih setengah abad setelah wafatnya,
buku tersebut baru dijumpai dua jilid dan jauh sesudahnya baru ditemukan dalam
berbagai museum di Eropa. Istana-istana Kristen Eropa ketika itu mempunyai
perhatian besar akan buku tersebut dan merasakan betapa pentingnya buku
tersebut untuk para tabib yang ditugaskan untuk menjaga kesehatan keluarga
raja-raja.
Bahkan, Raja Charies (dari Anyou, saudara dari St. Louis pejuang perang salib), Raja Salih dan Raja Napels, memerintahkan agar Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa latin, bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa waktu itu sampai abad keempat belas.
Bahkan, Raja Charies (dari Anyou, saudara dari St. Louis pejuang perang salib), Raja Salih dan Raja Napels, memerintahkan agar Al-Hawi diterjemahkan ke dalam bahasa latin, bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa waktu itu sampai abad keempat belas.
Penerjemahan dilaksanakan oleh seorang doktor
Sicilia, Feray Ibnu Salim bersama dengan Gir Farragut. Salinannya dibubuhi
nama-nama yang sesuai dengan keagungan buku ini, yakni Continens. Di Eropa
terkenal dengan Continent, yakni buku yang dapat dipakai untuk seluruh benua.
Dari salinan inilah orang Eropa mengetahui kebesaran dan keagungan dokter
Muslim ar-Razi.
Dalam satu penemuan monumental dari ar-Razi
yang banyak digunakan dalam dunia kedokteran adalah Air Raksa (Hg). Padahal di
Eropa, Hg atau Mercury tersebut baru dikenal pada masa (Zar Rusia Alexei
Mikhailovitsy (1629-1676 M) yang memerintah pada tahun 1645-1676 M.
Buku lain karangannya adalah sebuah ensiklopedi
kedokeran yang terdiri dari 10 jilid lebih. Jilid ke-9 buku ini, bersama dengan
Al-Qonun Fi At-Thib karya Ibnu Sina, hingga abad ke-16 M, masih tetap merupakan
dasar dari keajian-kajian tentang kedokteran di Universitas-universitas di
Eropa.
Di samping itu, ia pulalah orang pertama yang mencurahkan segenap pemikirannya untuk mendiagnosa penyakit cacar, serta menulis buku mengenai penyakit anak-anak. Ia pula orang yang telah menggunakan injeksi urediral (saluran kencing dan sperma).
Di samping itu, ia pulalah orang pertama yang mencurahkan segenap pemikirannya untuk mendiagnosa penyakit cacar, serta menulis buku mengenai penyakit anak-anak. Ia pula orang yang telah menggunakan injeksi urediral (saluran kencing dan sperma).
Penyakit Cacar dan Darah Tinggi
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di
Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar
penyakit cacar. Dalam salah satu karyanya, ar-Razi memberikan informasi yang
amat menarik perhatian para peneliti, yaitu tentang small-pox (penyakit cacar).
Untuk jasa ini, ia dianggap sebagai sarjana yang mula-mula meneliti penyakit
tersebut. Ia membedakan penyakit ini menjadi cacar air (variola) dan cacar
merah (vougella).
Seton (tumpal muka) merupakan pula hasil
penemuan ar-Razi. Buku Al-Asrar (Rahasia-rahasia), adalah salah satu karyanya
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Gerard dari Cremona pada
abad ke-12 M. buku ini sampai abad ke-19 M, menurut Dr. Gustave Le Bon dalam
salah satu karangannya, masih tetap menjadi buku pegangan praktikum kedokteran.
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan
Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua
wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin
dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan
pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir
ar-Razi dalam buku ini.
Ar-Razi pula yang pertama kali melakukan
pengobatan khas dengan pemanasan syaraf, serta merupakan sarjana kedokteran
yang menganggap penting pengobatan kepala pening. Ia juga diduga sebagai yang
pertama kali mendiagnosa tekanan darah tinggi (hypertensi), sedang terhadap
berbagai macam penyakit yang perlu perangsangan syaraf.
Dia mengemukakan pengobatan yang mirip dengan cara akupuntur yang sekarang telah amat populer, dengan cara penusukan noktah-noktah tertentu pada tubuh dengan besi-besi pipih runcing yang telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana.
Dia mengemukakan pengobatan yang mirip dengan cara akupuntur yang sekarang telah amat populer, dengan cara penusukan noktah-noktah tertentu pada tubuh dengan besi-besi pipih runcing yang telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana.
Bahkan tentang salah satu system pengobatan
tercanggih ar-Razi kala itu, Doktor Winston pernah berkomentar, “ar-Razi
mengobati penyakit kronis dengan cara seperti yang kita terapkan dewasa ini,
dan ia juga telah melakukan penjahitan pada luka-luka yang terbuka”.
Dalam buku ini, ar-Razi memaparkan pula
berbagai macam luka serta penggunaan kayu pengapit dan penyangga (spalk) untuk
keperluan patah tulang. Lebih lagi, ia menguraikan tentang sakit periut yang
disebut batr (potong) dan fatq (koyak). Ia tidak menggolongkan penyakit
tersebut sebagai koyak (rupture, infisyaman) melainkan sebagai akibat memuainya
pembuluh darah kelambung dan khasyii’ahnya.
Ar-Razi wafat pada tahun 313 H/925. Selama
hidupnya ia dikenal sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu
ilmuwan terbesar dalam Islam. (Baca sumber)
Sumber:
-Rida, Muhyiddin Mas. 2012. 147 Ilmuwan
Terkemuka Dalam Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Cet. Kedua
(Terjemahan dari Kitab Abaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah Karya
Muhammad Gharib Gaudah, Maktabah Alquran)
-Basori, Khabib. 2009. Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Pengubah Zaman. Klaten: Penerbit Cempaka Putih. Cet. Kedua.
-Hadi, Saiful. 2013. 125 Ilmuwan Muslim
Pengukir Sejarah. Jakarta: Insan Cemerlang dan Intimedia Cipta Nusantara. Cet.
Pertama